قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ
اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah: "Jika
kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang."
(Q.S. Ali Imran : 31)
Satu hal yang
perlu menjadi teladan insan beriman setelah Rasul SAW adalah para sahabat,
yakni kaum Muslimin Muslimat yang pernah berjumpa dengan Rasul SAW. Mereka
hidup pada zaman Rasul, dan lebih banyak mengetahui secara langsung tentang ajaran-ajaran
yang disampaikan Rasul, sehingga mereka sukses untuk meraih kemuliaan, bahkan
tidak sedikit mereka yang sudah disebut-sebut oleh Rasul sebagai ahli surga.
Namun mereka
sukses bukan karena hidup dizaman Rasul, melainkan karena mereka menjalankan
berbagai kebajikan yang mengangkat martabat mereka di hadapan Allah SWT
sebagaimana dikemukakan oleh Dr. Khalid Abu Syadi dalam bukunya "Berlomba
Menuju Surga", bahwa dalam buku Bahjatul Majalis susunan Imam Al
Qurthubi tertulis, ada lima macam kunci sukses para sahabat Rasul, yakni:
1. SENANTIASA
BERJAMA’AH
Jama’ah shalat misalnya. Banyak ayat maupun al hadits yang mensyari’atkan
agar umat islam berjama’ah, diantaranya Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 43 yang
menyebutkan:
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.
Maksud dari ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’ ialah sebuah perintah
agar orang Islam shalat berjama’ah.
Dan berjama’ah disini sebenarnya bukan hanya sebatas dalam shalat,
melainkan juga amaliah di luar shalat agar tidak sendiri-sendiri. Misal ada
suatu pekerjaan yang dikerjakan bersama, ketika mau berpergian ada yang
menemani. Ini penting, karena dengan berkelompok atau berjama’ah membuat
sesuatu yang berat menjadi ringan seperti pepatah mengatakan : ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Disisi
lain, dengan berjama’ah membuat orang dapat saling menjaga keselamatan.
Oleh karena pentingnya kebersamaan atau berjama’ah, baik ketika
melaksanakan shalat maupun diluar shalat, maka Rasulullah SAW menegaskan didalam
sebuah hadits yang artinya “Hendaknya
kalian ada dalam jama’ah dan jauhi peprpecahan, sebab syetan itu selalu beserta
orang yang sendirian dan akan jauh dari yang berdua.” (H.R. Ahmad).
Dikuatkan lagi dengan apa yang dikatakan Umar Bin Khattab RA yang artinya “Belum sempurna Islam seseorang kecuali dengan
berjama’ah (kerja sama, gotong royong), dan belum berjama’ah kecuali dengan
adanya pemimpin atau imam, dan belum berfungsi pimpinan itu kecuali dengan
adanya ketaatan anggota.”
Apa yang dijelaskan diatas sudah sesuai dengan fitrah manusia, karena
manusia diciptakan Allah SWT memiliki sifat suka berteman, serta manusia adalah
makhluk sosial.
2. MENGIKUTI
SUNNAH RASUL
Yang dimaksud dengan Sunnah Rasul adalah apa yang diperbuat, dikatakan
atau ditetapkan oleh Rasul SAW. Dan mengikuti Sunnah Rasul oleh Imam Malik
dicontohkan dengan kaum Nabi Nuh AS, siapa saja yang naik ke bahtera Nabi Nuh,
akan selamat, dan siapa yang berpaling darinya akan tenggelam.
Selanjutnya Abu Bakar As Sidiq RA pernah berkata “Aku tidak pernah meninggalkan apa yang dikerjakan Rasulullah SAW,
sebaliknya aku selalu melaksankannya sebab aku takut kalua meninggalkannya aku
akan menyimpang.” (H.R. Asy Syaikhani dari Abu Bakar).
Dan mengikuti jejak Rasul, berarti mengikuti sunnahnya, Rasulullah SAW
pernah bersabda yang artinya “Barang
siapa yang tidak menyukai sunnahku maka ia bukan termasuk golonganku.” (H.R.
Syaikhani, Anas dan Ibnu Majah). Dan orang yang mengikuti Sunnah Rasul adalah
indikasi bahwa ia mencintai Allah SWT. Karena Allah telah berfirman yang
intinya jika kita mengikuti jejak Rasul berarti mencintai Allah sekaligus akan
dicintai Allah, yang dengan itu akan diampuni dosa-dosanya, sebagaimana
tersurat dalam ayat 31 surat Ali Imran.
3. MEMAKMURKAN
MASJID
Kini istilah ta’mir masjid sudah memasyarakat dikalangan umat Islam,
bahkan istilah itu sering digunakan oleh para pengurus masjid sehingga orang
menyangka bahwa yang disebut ta’mir masjid berarti pengurus masjid. Padahal
arti sebenarnya, ta’mir masjid yaitu pemakmur masjid. Artinya siapapun yang
suka berjama’ah dimasjid tersebut dialah ta’mir masjid yang sebenarnya.
Sedangkan penjelasan didalam A-Qur’an mengenai siapa sebenarnya yang
menjadi ta’mir masjid, tertulis dalam surat At Taubah ayat 18 :
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ
اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ
وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ
أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
"Hanya yang memakmurkan masjid-masjid
Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian,
serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada
siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang
diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk."
Betapa banyak hadits-hadits yang menunjukkan fadhilah-fadhilah yang
berhubungan dengan memakmurkan masjid, sejak dari pahala berjalan menuju
masjid, pahala berjama’ah, pahala i’tikaf sampai dengan pahala shalat-shalat
sunnahnya, sehingga para sahabat sangat mementingkannya.
4. MEMBACA
AL-QUR’AN
Para sahabat gemar sekali membaca Al-Qur’an karena tidak sedikit fadhilah
yang terkandung didalamnya. Dan jika disini hanya disebutkan membaca Al-Qur’an,
itu karena para sahabat hidup di daerah dimana Al-Qur’an diturunkan, sehingga
tentang cara membacanya yang benar, maksud dan makna ayat, serta isi
kandungannya, mereka sudah tidak perlu bersusah payah memahaminya.
Namun bagi kita yang lahir di Indonesia, tentu harus belajar agar bisa
membaca yang benar tahu maknanya dan isi kandungannya sehingga bisa
mengetrapkannya pada kehidupan sehari-hari.
5. JIHAD
DIJALAN ALLAH
Jihad bagi para sahabat lebih banyak dilakukan dengan maju ke medan laga,
karena keadaan pada saat itu menuntutnya, sehingga hampir semua sahabat lelaki
yang sehat merasa berkewajiban untuk maju perang, sampai sahabat yang masih
umur belasan tahun banyak yang memohon izin untuk maju ke medan laga, karena surga
jaminannya.
Namun bagi kita yang hidup di negara yang aman, bila ingin berjihad untuk
meraih surge tentu saja medannya lain yakni bukan peperangan. Jihad kita adalah
memberantas kemunkaran, kemaksiyatan, kemiskinan dan kebodohan serta kemalasan
dan meningkatkan kesejahteraan umat mensuksesan dakwah Islamiyah dan lain
sebagainya.
Sumber : Sutrisno Usman dalam bukunya Materi Dakwah Asy Syifaa' Bahan Kultum.