Sabtu, 18 Maret 2017

Lima Kunci Sukses Para Sahabat Rasul SAW

Diposting oleh Unknown di 03.13
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ


Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(Q.S. Ali Imran : 31)

Satu hal yang perlu menjadi teladan insan beriman setelah Rasul SAW adalah para sahabat, yakni kaum Muslimin Muslimat yang pernah berjumpa dengan Rasul SAW. Mereka hidup pada zaman Rasul, dan lebih banyak mengetahui secara langsung tentang ajaran-ajaran yang disampaikan Rasul, sehingga mereka sukses untuk meraih kemuliaan, bahkan tidak sedikit mereka yang sudah disebut-sebut oleh Rasul sebagai ahli surga.
Namun mereka sukses bukan karena hidup dizaman Rasul, melainkan karena mereka menjalankan berbagai kebajikan yang mengangkat martabat mereka di hadapan Allah SWT sebagaimana dikemukakan oleh Dr. Khalid Abu Syadi dalam bukunya "Berlomba Menuju Surga", bahwa dalam buku Bahjatul Majalis susunan Imam Al Qurthubi tertulis, ada lima macam kunci sukses para sahabat Rasul, yakni:
1.      SENANTIASA BERJAMA’AH
Jama’ah shalat misalnya. Banyak ayat maupun al hadits yang mensyari’atkan agar umat islam berjama’ah, diantaranya Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 43 yang menyebutkan:

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.

Maksud dari ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’ ialah sebuah perintah agar orang Islam shalat berjama’ah.
Dan berjama’ah disini sebenarnya bukan hanya sebatas dalam shalat, melainkan juga amaliah di luar shalat agar tidak sendiri-sendiri. Misal ada suatu pekerjaan yang dikerjakan bersama, ketika mau berpergian ada yang menemani. Ini penting, karena dengan berkelompok atau berjama’ah membuat sesuatu yang berat menjadi ringan seperti pepatah mengatakan : ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Disisi lain, dengan berjama’ah membuat orang dapat saling menjaga keselamatan.
Oleh karena pentingnya kebersamaan atau berjama’ah, baik ketika melaksanakan shalat maupun diluar shalat, maka Rasulullah SAW menegaskan didalam sebuah hadits yang artinya “Hendaknya kalian ada dalam jama’ah dan jauhi peprpecahan, sebab syetan itu selalu beserta orang yang sendirian dan akan jauh dari yang berdua.” (H.R. Ahmad). Dikuatkan lagi dengan apa yang dikatakan Umar Bin Khattab RA yang artinya “Belum sempurna Islam seseorang kecuali dengan berjama’ah (kerja sama, gotong royong), dan belum berjama’ah kecuali dengan adanya pemimpin atau imam, dan belum berfungsi pimpinan itu kecuali dengan adanya ketaatan anggota.”
Apa yang dijelaskan diatas sudah sesuai dengan fitrah manusia, karena manusia diciptakan Allah SWT memiliki sifat suka berteman, serta manusia adalah makhluk sosial.
2.      MENGIKUTI SUNNAH RASUL
Yang dimaksud dengan Sunnah Rasul adalah apa yang diperbuat, dikatakan atau ditetapkan oleh Rasul SAW. Dan mengikuti Sunnah Rasul oleh Imam Malik dicontohkan dengan kaum Nabi Nuh AS, siapa saja yang naik ke bahtera Nabi Nuh, akan selamat, dan siapa yang berpaling darinya akan tenggelam.
Selanjutnya Abu Bakar As Sidiq RA pernah berkata “Aku tidak pernah meninggalkan apa yang dikerjakan Rasulullah SAW, sebaliknya aku selalu melaksankannya sebab aku takut kalua meninggalkannya aku akan menyimpang.” (H.R. Asy Syaikhani dari Abu Bakar).
Dan mengikuti jejak Rasul, berarti mengikuti sunnahnya, Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya “Barang siapa yang tidak menyukai sunnahku maka ia bukan termasuk golonganku.” (H.R. Syaikhani, Anas dan Ibnu Majah). Dan orang yang mengikuti Sunnah Rasul adalah indikasi bahwa ia mencintai Allah SWT. Karena Allah telah berfirman yang intinya jika kita mengikuti jejak Rasul berarti mencintai Allah sekaligus akan dicintai Allah, yang dengan itu akan diampuni dosa-dosanya, sebagaimana tersurat dalam ayat 31 surat Ali Imran.
3.      MEMAKMURKAN MASJID
Kini istilah ta’mir masjid sudah memasyarakat dikalangan umat Islam, bahkan istilah itu sering digunakan oleh para pengurus masjid sehingga orang menyangka bahwa yang disebut ta’mir masjid berarti pengurus masjid. Padahal arti sebenarnya, ta’mir masjid yaitu pemakmur masjid. Artinya siapapun yang suka berjama’ah dimasjid tersebut dialah ta’mir masjid yang sebenarnya.
Sedangkan penjelasan didalam A-Qur’an mengenai siapa sebenarnya yang menjadi ta’mir masjid, tertulis dalam surat At Taubah ayat 18 :

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ

"Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk."

Betapa banyak hadits-hadits yang menunjukkan fadhilah-fadhilah yang berhubungan dengan memakmurkan masjid, sejak dari pahala berjalan menuju masjid, pahala berjama’ah, pahala i’tikaf sampai dengan pahala shalat-shalat sunnahnya, sehingga para sahabat sangat mementingkannya.
4.      MEMBACA AL-QUR’AN
Para sahabat gemar sekali membaca Al-Qur’an karena tidak sedikit fadhilah yang terkandung didalamnya. Dan jika disini hanya disebutkan membaca Al-Qur’an, itu karena para sahabat hidup di daerah dimana Al-Qur’an diturunkan, sehingga tentang cara membacanya yang benar, maksud dan makna ayat, serta isi kandungannya, mereka sudah tidak perlu bersusah payah memahaminya.
Namun bagi kita yang lahir di Indonesia, tentu harus belajar agar bisa membaca yang benar tahu maknanya dan isi kandungannya sehingga bisa mengetrapkannya pada kehidupan sehari-hari.
5.      JIHAD DIJALAN ALLAH
Jihad bagi para sahabat lebih banyak dilakukan dengan maju ke medan laga, karena keadaan pada saat itu menuntutnya, sehingga hampir semua sahabat lelaki yang sehat merasa berkewajiban untuk maju perang, sampai sahabat yang masih umur belasan tahun banyak yang memohon izin untuk maju ke medan laga, karena surga jaminannya.
Namun bagi kita yang hidup di negara yang aman, bila ingin berjihad untuk meraih surge tentu saja medannya lain yakni bukan peperangan. Jihad kita adalah memberantas kemunkaran, kemaksiyatan, kemiskinan dan kebodohan serta kemalasan dan meningkatkan kesejahteraan umat mensuksesan dakwah Islamiyah dan lain sebagainya.


Sumber : Sutrisno Usman dalam bukunya Materi Dakwah Asy Syifaa' Bahan Kultum.

0 komentar:

Posting Komentar

 

My Writting Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review